Senin, 28 Juli 2008



Presiden Saksikan Persiapan Perayaan Kebangkitan Nasional

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei esok menjadi saat-saat yang ditunggu. Sebuah perhelatan besar akan dilakukan di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sekitar 20 ribu orang akan menampilkan berbagai pertunjukan tradisional dari berbagai wilayah Nusantara termasuk tari Irian dari Bumi Papua dan Reog Ponorogo.

Mendekati hari H, para peserta makin giat berlatih. Mereka menggelar gladi resik Perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Stadion Gelora Bung Karno pada Ahad (18/5). Latihan yang berlangsung petang itu turut disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional juga akan diramaikan aksi terjun payung dan pengibaran bendera Merah Putih. Semua pertunjukan didukung TNI Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat, serta Polri. Puncak acara berupa ikrar anak bangsa diiringi kumandang lagu kebangsaan Indonesia Raya.(TOZ/Arum Wangsa dan Bambang Purwanto)

Kamis, 24 Juli 2008

100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL ?

Slogan baru yang kabarnya akan diluncurkan pada peringatan 100 tahun kebangkitan nasional membuat saya sedikit tergugah. Sebagaimana kritikan Emha Ainun Najib pada acara bertemakan “Bangkit Negeriku, Harapan itu Masih Ada” yang digagas teman-teman PKS beberapa waktu lalu.

”Bagi saya, Indonesia bukan hanya masih punya harapan, tetapi Indonesia akan bangkit menjadi sangat luar biasa dan punya pengaruh internasional, apalagi segalanya tersedia cukup banyak di negeri ini,”

Dan memang, kita bukan hanya sekedar memiliki harapan. Kita memiliki segudang pekerjaan besar, terlebih masalah kerakyatan-kebangsaan. Sebagai sebuah bangsa yang besar, jelas Indonesia lebih sekedar dari “Indonesia Bisa” atau “Indonesia Harapan”. Kita mesti bergerak, terus bergerak meng-indonesia-kan Indonesia. Bukan sekedar euforia dengan tema kebangkitan nasional yang sejujurnya memberikan tanda tanya besar, atas dasar manakah para petinggi negeri ini kemarin menjadikan 20 Mei 1908 sebagai tonggak kebangkitan nasional.

Kebangkitan nasional bukan terletak pada kesadaran satu-dua orang, atau berdirinya satu organisasi tertentu (apalagi Boedi Oetomo: hanya catatan organisasi ini tidak memiliki visi kebangsaan. Namun sekedar mengambil momentum “kebangkitan nasional” saya menuliskan semangat ini).

Semestinya menjadi kesadaran kolektif untuk terus membangun harapan, membangun perubahan positif, tatanan madani yang berkiblat pada kepekaan nurani dan sabanda sariksa. Sehingga Indonesia bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Indonesia bisa kembali “Merdeka” dari keterjajahan dan pengasingan. Indonesia bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya dengan kesetaraan hukum, kejujuran moral dan sinergi yang tangguh diantara seluruh elemen bangsa. Konglomerat yang senantiasa menggunakan ke-konglomerat-annya bagi saudara-saudaranya yang melarat. Para komandan senantiasa memberikan teladan pada bawahannya. Para pendidik bisa bekerja tanpa tertekan siswanya dinyatakan tidak lulus oleh Departemen Pendidikan Nasional. Para pelajar tidak takut tak diterima perguruan tinggi negeri atau swasta sekalipun hanya karena biaya kuliah yang jauh lebih tinggi dari gaji bapak-emaknya sebulan.

Indonesia bisa dan sangat-sangat bisa menjadi bangsa yang jauh berdaulat daripada saat ini, dengan melepaskan belenggu kepentingan individu di benak dan hati para pemimpinnya, dengan melepaskan kepentingan dan kacamata barat dari setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Indonesia bisa menjadi negeri yang makmur dan berkeadilan selama mau belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu baik dari para pemimpin maupun ragam kebijakan yang tak berpihak pada kepentingan rakyat.

Sudah saatnya kita bangkit, terlalu lama kita terdiam alias TIDAK BERGERAK. Mari kita benahi Indonesia, dengan membenahi diri, keluarga, masyarakat di sekitar kita. Tunjukkan bahwa kita adalah SEORANG INDONESIA dengan idealisme kebangsaan kita: Pancasila. Juga dengan keyakinan saudara-saudara sebagai insan Tuhan.

Bangkit negeriku, harapan itu benar-benar masih ada. Kita terlalu kaya untuk dibilang negeri miskin, tapi kita juga mesti sadar bahwa kita miskin untuk dibilang sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam dan beragam infrastruktur alami yang telah dianugerahkan Allah SWT.

Mari kita berbenah, menegakkan kepala kita menatap masa depan. Indonesia bisa hidup seratus tahun lagi, bahkan seribu tahun lagi. Selama kita jaga dengan kesadaran kita sebagai sebuah bangsa dengan segala eksistensinya, tak terpengaruh kebudayaan bangsa asing yang banyak tak sejalan dengan kepribadian kita sebagai sebuah bangsa. STOP!! Suda saatnya kita Indonesiakan Indonesia!!

Terakhir, serahkan kepemimpinan bangsa ini kepada orang-orang muda yang kaya akan intelektualitas dan idealisme untuk bekerja secara profesional dan berpihak pada rakyat. Sepanjang sejarah perkembangan bangsa ini, kaum muda tak banyak diberikan tempat yang sepadan dengan kualitasnya sebagai generasi penerus dan insan perubahan. Kami siap membuktikan, bahwa kami layak diberikan tempat sebagai penggerak Republik Indonesia. Karena di jalan kami mungkin dinilai hanya sekedar BICARA, maka jangan halangi kami melanjutkan perjuangan para pendahulu kami.

Kami bukan Ki Hajar Dewantara, bukan Soedirman, bukan Diponegoro, bukan Soekarno, bukan Hatta, bukan M. Natsir, tapi kami adalah Seorang Indonesia yang belajar dari mereka. Belajar dengan segala keterbatasan keteladanan para petinggi negeri dan fasilitas, serta kebijakan yang mengekang kami untuk bergerak dan berkarya.

Indonesia bisa menjadi lebih baik, dan saya yakin Indonesia akan tetap ada selama saya, kamu, kita tetap bergerak membangun peradaban madani. Negeri adil dan makmur, seperti cita-cita kita dulu. Apa anda yakin dan percaya Indonesia bisa? mari BERGERAK!!

Rabu, 23 Juli 2008

Perayaan Kebangkitan Nasional




Presiden Saksikan Persiapan Perayaan Kebangkitan Nasional

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei esok menjadi saat-saat yang ditunggu. Sebuah perhelatan besar akan dilakukan di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sekitar 20 ribu orang akan menampilkan berbagai pertunjukan tradisional dari berbagai wilayah Nusantara termasuk tari Irian dari Bumi Papua dan Reog Ponorogo.

Mendekati hari H, para peserta makin giat berlatih. Mereka menggelar gladi resik Perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Stadion Gelora Bung Karno pada Ahad (18/5). Latihan yang berlangsung petang itu turut disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional juga akan diramaikan aksi terjun payung dan pengibaran bendera Merah Putih. Semua pertunjukan didukung TNI Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat, serta Polri. Puncak acara berupa ikrar anak bangsa diiringi kumandang lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Kebangkitan Nasional



Kebangkitan nasional

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.


Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Minggu, 20 Juli 2008

Cerita


Riwayat Hidup ir.Soekarno



6 juni 1901 hari kamis pon,di surabaya saat fajar menyingsing lahirlah seorang koesno yang kelak akan menjadi soekarno dan pasangan idaayu nyoman rai sarimben,seorang putri keturunan kasta brahmana dan banjar balai agung singa raja bali dengan raden soekemi sosrodiharjo,putra raden hardjodikromo seorang tokoh kebatinan di tulungagung jawa timur.saat kecil soekarno diasuh oleh mbok sarinah,sekaligus yang mengajarkan kecintaan kepadaorang tua,rakyat jelata dan sesama manusia.

>> 1915 tamat EUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS) di mojokerto-jawatimur.

>> 25 mei 1926 soekarno berhasil menyelesaikan studinya di TERHNISCHE HOGE SCHOOL (THS) bandung dengan mendapat gelar CIVIEL INGENIEUR (Insinyur Sipil).

>> 4 Juli 1927 ir.soekarno bersama mr.iskaq Tjokrohadisuryo,Dr.sanusi sastrowidagdo,mr.budiarjo,mr.sartono,mr.sanuryo,dan ir.anwari mendirikan perserikatan nasional indonesia (PNI) yang bertujuan indonesia merdeka.

>> Maret 1932 soekarno menulis naskah mencapai indonesia merdeka.

>> 14 februari 1928 pembuangan soekarno dipindah ke bengkulu,setelah di bengkulu ia menjadi ketua muhamadiyah di bengkulu.

>> juni 1943 soekarno menikah dengan fatmawati.
>> 19 desember 1948 agresi militer belanda II,jogjakarta diduduki belanda.
>> 6 juli 1949 bung karno dan pemimpin lainya dikembalikan oleh belanda ke jogjakarta setelah melalui perjanjian Roem-Royen.
>> 7 juli 1953 soekarno menikah dengan ibu hartini.
>> juli 1955 soekarno naik haji ke tanah suci.
>> 3 maret 1962 menikah dengan Ratna Sari Dewi.
>> 3 mei 1964 menjadi komando dwi kora.
>> 11 maret 1966 presiden soekarno memberikan perintah(SUPERSEMAR).

21 juni 1970 hari minggu pahing pukul 19.00 bung karno menghembuskan nafas yang terakhir di RS.Gatot Subroto,setelah lama menderita sakit dikarantina di wisma yaso."innalillahi wa innallilahi roj'iun".Telah pulang bapak bangsa indonesia ke rahmatullah dan tugas kita semua menjaga negeri kita semua.